Hari itu Delima langsung membantu Karin, saudara kandungnya untuk mengurus segala sesuatu menyangkut persiapan kepindahannya. Karin berusia 5 tahun dibawah Delima. Mereka hanya dua bersaudara.
Suami Karin adalah seorang pejabat sebuah bank daerah. Kehidupan mereka sudah biasa berpindah-pindah sesuai dengan tugas suami. Jika kali ini Karin dan suami tinggal di dusun Kauman, sebuah desa kecil di Betung, Kabupaten Musi Banyuasin. Maka, kali ini, Darma~suami Karin, akan dipindahkan ke sebuah tempat di sudut kota Pempek, bernama Desa Kijang, yang berada di kecamatan Kertapati Palembang.
" Jadi, Kamu mau langsung membawa Banyu Biru, Dik?" tanya Delima pada adik semata wayangnya itu.
" Ao (iya, pen) Pek!" Sahut Karin, sembari terus membereskan semua baju-baru yang berantakan di ruang tamu itu.
" Apa ga sebaiknya Kamu tunggu dia berusia 40 hari saja Dik? Karena menurut nenek Buyut kita dulu. Bayi yang belum 40 hari itu baunya masih 'harum'. Apalagi jalan yang kalian lewati nanti bukan rute biasanya."
"Kopek (panggilan bagi kakak perempuan khas daerah Musi Banyuasin, pen) khawatir keadaan Banyu Biru." jelas Delima sambil menatap lekat mata adiknya.
Karin diam sejenak mencoba menerka maksud dari kalimat kakak perempuannya ini. Sejak ibu kandung mereka meninggal, Delima seperti pengganti ibu, bagi Karin. Segala permasalahan yang dihadapi di adukan pada perempuan 30 tahun itu. Termasuk rencananya ingin menambah momongan tempo hari.
"Insya Allah Pek, Banyu Biru selalu dalam lindungan Allah, Kopek, tolong bantu doakan kelancaran perjalanan Kami saja ya? " wanita berusia 25 tahun itu mencoba menenangkan kakaknya.
"Bukan apa-apa Dik, Aku hanya takut terjadi apa-apa sama Bayu. Kasihan sekali nasibnya, hanya berapa jam saja dia mengenal ibunya" mata Delima mulai berkaca-kaca jika sudah mulai berbicara tentang Banyu Biru.
"Kopek, tenang saja. Namanya Banyu Biru, sengaja diberi nama Banyu Biru karena selalu ada ketenangan dalam dirinya. Insya Allah dia kuat. Apalagi sekarang usianya sudah satu bulan. Sudah cukup baginya untuk bisa bisa melakukan perjalanan agak jauh. Doakan saja Pek, ya! "
Delima, menghembuskan nafasnya dengan berat. Dia masih membantu Karin membereskan pakaian dan memasukkannya kedalam koper yang akan dibawa Karin menuju rumah barunya.
" Kamu sudah berpamitan dengan neneknya Bayu? Biar bagaimanapun Kamu harus tetap pamit sama Neneknya, beritahukan kalau Kamu akan membawa Bayu ke tempat tugas suamimu."
" Sudah Pek, semalam Aku dan Darma sudah pamit ke rumah nenek Bayu. Dia membolehkan. Meski sudah jarang kesini lagi. Eh Pek, tahu ga kalau si nenek Bayu pesan, walaupun sudah besar namanya Bayu jangan diganti. Katanya nama itu mengingatkannya pada ibu sang anak."
" Iya ya? Kamu harus pandai merawat Bayu, meskipun dia bukan anak kandungmu. Rawat dan didik dia seperti anak kandungmu. Samakan dia seperti ketika kamu melahirkan dan membesarkan Berry!.... "
" iya Pek, insya Allah. Aku akan berusaha semaksimal mungkin menjaga Bayu. "
***
" Bun.. Ini bener adik aku ya? "tanya Berry pada ibunya saat Karin sedang memberikan susu pada anak angkatnya itu.
Karin diam sejenak mencoba menerka maksud dari kalimat kakak perempuannya ini. Sejak ibu kandung mereka meninggal, Delima seperti pengganti ibu, bagi Karin. Segala permasalahan yang dihadapi di adukan pada perempuan 30 tahun itu. Termasuk rencananya ingin menambah momongan tempo hari.
"Insya Allah Pek, Banyu Biru selalu dalam lindungan Allah, Kopek, tolong bantu doakan kelancaran perjalanan Kami saja ya? " wanita berusia 25 tahun itu mencoba menenangkan kakaknya.
"Bukan apa-apa Dik, Aku hanya takut terjadi apa-apa sama Bayu. Kasihan sekali nasibnya, hanya berapa jam saja dia mengenal ibunya" mata Delima mulai berkaca-kaca jika sudah mulai berbicara tentang Banyu Biru.
"Kopek, tenang saja. Namanya Banyu Biru, sengaja diberi nama Banyu Biru karena selalu ada ketenangan dalam dirinya. Insya Allah dia kuat. Apalagi sekarang usianya sudah satu bulan. Sudah cukup baginya untuk bisa bisa melakukan perjalanan agak jauh. Doakan saja Pek, ya! "
Delima, menghembuskan nafasnya dengan berat. Dia masih membantu Karin membereskan pakaian dan memasukkannya kedalam koper yang akan dibawa Karin menuju rumah barunya.
" Kamu sudah berpamitan dengan neneknya Bayu? Biar bagaimanapun Kamu harus tetap pamit sama Neneknya, beritahukan kalau Kamu akan membawa Bayu ke tempat tugas suamimu."
" Sudah Pek, semalam Aku dan Darma sudah pamit ke rumah nenek Bayu. Dia membolehkan. Meski sudah jarang kesini lagi. Eh Pek, tahu ga kalau si nenek Bayu pesan, walaupun sudah besar namanya Bayu jangan diganti. Katanya nama itu mengingatkannya pada ibu sang anak."
" Iya ya? Kamu harus pandai merawat Bayu, meskipun dia bukan anak kandungmu. Rawat dan didik dia seperti anak kandungmu. Samakan dia seperti ketika kamu melahirkan dan membesarkan Berry!.... "
" iya Pek, insya Allah. Aku akan berusaha semaksimal mungkin menjaga Bayu. "
***
" Bun.. Ini bener adik aku ya? "tanya Berry pada ibunya saat Karin sedang memberikan susu pada anak angkatnya itu.
" Iya dong, kan kemarin pas Kakak tidur, Bunda ngelahirin Bayu, makanya sekarang Kakak harus sayang pada adik Bayu ya."
" Oh begitu ya, berarti Kakak ga tau selama ini bunda hamil." celetuk bocah 7 tahun itu.
" iya Kak, ya udah sekarang waktunya kita makan. Yuk! " karin tersenyum, berharap anak kandungnya itu tidak bertanya lebih detail lagi, dia paling tidak bisa mengarang cerita.
" Horee!! Berarti sekarang Kakak ada teman mainnya Bun, horeee! Kakak mau main sama Bayu Bun, boleh?"
" Boleh, tapi Kakak makan dulu ya. Bunda sudah masak ayam krispi kegemaran kakak."
"Horee..!!!" Teriak Berry.
Anak laki-laki itu sangat senang dengan kehadiran anggota keluarga baru dirumahnya. Itu juga yang menjadikannya semangat bangun pagi-pagi untuk bermain bersama Bayu.
Keluarga ini tampak sangat menyayangi Banyu Biru, buah cinta Sumi dan Suaminya.
Bagaimana kisah kehidupan Bayu aka Banyu Biru Hadi Darma bersama keluarga angkatnya? Akankah kehidupan mereka baik-baik saja? Simak pada kisah Banyu Biru Bagian 3 ya.
uwoooo aku tadinya scroll-scroll cari info Banyu sama Bayu sama atau engga, ternyata alias, sama :D
BalasHapusbtw panggilan bahasanya jadi mengingatkan aku waktu ngobrol sama kawan-kawan kampus yang dari Musi Banyuasin, ahh :D
Wkwkwk iyaa membingungkan yak, aku galau sebenarnya. Dasar aku!
HapusEh ada juga yang dari Muba ya? Wkwk