Mata Karin terbelalak mendapati sosok yang menepuk pundaknya. Jantungnya terasa hendak berhenti seketika. Raut wajahnya yang semula tegang mendadak berubah, saat mengetahui makhluk yang berada di depannya ini.
"Ayaaah!!!" Karin berteriak sambil memeluk erat Darma.
Jantungnya masih berdetak kencang. Ibu dua anak ini masih belum bisa menguasai dirinya. Darma yang masih kebingungan, membiarkan saja Karin tetap memeluk erat dirinya. Meski penasaran dengan apa yang terjadi, tapi Darma berusaha mengubur rasa itu di dalam hatinya. Darma menunggu hingga sang istri merasa lebih baik dan tenang. Karena saat pertama kali dilihatnya tadi, wajah Karin pucat pasi ketakutan.
Setelah beberapa menit, Karin sudah mulai meregangkan pelukan eratnya tadi. Gemetar yang terjadi tidak lagi kentara.
" Bun?? Kamu kenapa??" Darma mulai membuka percakapan.
Karin masih terdiam, bibirnya kelu. Masih teringat jelas bayangan yang dialaminya barusan. Hingga Karin belum ada keberanian lagi menatap ke arah ruang tamu itu. Dia masih tertunduk, takut.
Darma kembali memeluk erat tubuh istrinya itu. Sambil memeluk erat istrinya, Darma mencoba menenangkan Karin dengan bacaan-bacaan Alqur'an. Setelah itu, Karin melepaskan pelukannya.
"T-Tadi itu Bundaa..." ah Karin langsung menutup matanya, tak kuasa melanjutkan ceritanya. Darma paham, dia tidak berusaha memaksa Karin menceritakannya sekarang. Darma kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan dengan hal-hal lain.
"Kakaaak, sini Kak? Sini sama Ayah nonton TV!" Darma kemudian menyalakan televisi dan mulai menonton.
Sejenak pikiran Karin teralihkan dengan acara TV yang ditonton Darma. Perlahan Karin mulai tersenyum dengan adegan demi adegan yang dimunculkan dalam acara tersebut.
Saat itu Darma memutarkan acara TV channel "Pal TV" dimana pada saluran TV tersebut mengangkat tema khas tentang kota Palembang dan sekitarnya. Bahasa yang digunakan pada chanel itu pun menggunakan bahasa daerah Palembang.
Berry datang, membawakan kresek yang penuh makanan.
"Masya Allah, anak Bunda! Sini nak, dekat Bunda?"
Berry tersenyum, dan langsung mendekati bundanya. Karin memeluk erat putra sulungnya itu. Dialah pengobat rindu ketika sedang kesepian. Apalagi jika Darma mulai pulang larut malam. Mendadak Karin jadi teringat bayinya. Ia langsung melepaskan dekapannya pada Berry.
"Sebentar Nak, kita lihat Bayu yuk!" sela Karin ditengah asyik menonton TV.
"Kakak, temenin Bunda ya, mau?" pinta Karin pada Berry.
"Yuk, Bun!"
Karin dan Berry segera menuju ke kamar Bayu dan melihat bayinya yang belum genap 3 bulan itu.
*****
Karin melongok masuk ke dalam kamar dan melihat sekelilingnya. Ah masih sama pikirnya.
Bayi mungilnya masih tertidur lelap di kamar yang dingin itu, bahkan menangis pun tidak.
"Ah nak, andai kau tahu apa yang terjadi mungkin kau juga tidak akan senyenyak ini tidurnya!" gumam Karin.
"Bun, adik lagi apa itu Bun?" tanya Berry.
"Tidur, Nak!"
" Bun, pantesan adik Bayu nyenyak gitu tidurnya Bun. Dia lagi dikipasin sama teman-temannya Bun!" celetuk Berry
"Teman-temannya?"
"Iya Bun! Tuh teman-temannya lagi pada ngumpul disitu."
Karin, semakin merinding. Secepat kilat diangkatnya Bayu, dan langsung mendekat Darma.
Karin menjadi semakin ketakutan. Dia mulai menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya pada Darma. Mulai dari saat dia pulang dari belanja sayur, beberes dan dia melihat sosok yang 'mirip' Darma dirumah itu. Tak lupa Karin menambahkan kejadian barusan yang dikatakan oleh Berry. Karin semakin merinding.
Darma memperhatikan cerita Karin dengan seksama. Laki-laki itu mencoba menenangkan Karin. Bagaimanapun dia tak ingin Karin semakin ketakutan. Apalagi, akhir-akhir ini Darma akan sangat sibuk di kantor. Otomatis Karin akan sering ditinggal sendiri di rumah.
"Bunda..bukannya Ayah ga percaya sama hal-hal begitu. Benar memang dunia lain itu ada, tapi mereka ga mampu kok menampakkan wajahnya di hadapan kita. Kecuali pikiran kita yang mengundangnya. Coba Bunda pikir-pikir lagi. Apakah akhir-akhir ini Bunda sering berpikiran hal-hal berbau dunia lain atau tidak? " Darma mencoba menenangkan.
" Mungkin saja, Bunda sering menyaksikan tontonan yang berbau horor misalnya. Itu akan terbawa ke dalam kehidupan kita. Atau bisa saja itu adalah cara Allah untuk menegur hambaNYA yang lalai akan kewajibannya sperti sholat, dizikir maupun tilawah. Bunda coba ingat-ingat lagi ya. Ayah yakin itu hanya imajinasi Bunda, refleksi dari kehidupan sehari-hari Bun! "
Karin terdiam. Mungkin saja benar apa yang dikatakan oleh Darma, karena akhir-akhir ini dia sering menonton film horor di 'channel Thrill'. Channel itu khusus berisi film-film yang berbau horor.
Mungkin saja ini hanya pikiranku saja, kata Karin dalam hati. Tapi bagaimana yang dikatakan Berry tadi ? Tentang teman-teman Bayu? Ah mungkin itu hanya gurauan anak kecil. Hibur Karin lagi.
*Bersambung ke bagian 6*
Akk, maaf Pak Darma, di episode sebelumnya mau aku timpuk sofa sepaket ~ akk itu dedek bayu kenapa lagi :/ dikipasin kipas angin cosm* modest* aja :/ lebih adem:D
BalasHapusWow wow!!
Hapus