Hi Gaiss,
Lama tidak menyapa rasanya kangen sekali lho hehehe. Soalnya saya lagi sibuk mengerjakan beberapa proyek pribadi, jadi beberapa waktu saya banyak tersita disana. Meski demikian saya tetap berusaha mengisi tabung ilmu saya dengan mengikuti webinar kepenulisan.
Salah satu yang saya ikuti adalah webinar yang diadakan oleh komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Webinar ini menghadirkan salah satu food blogger Indonesia idola saya, siapa lagi kalau bukan Deddy Huang.
Menceritakan Rasa Lewat Tulisan Bersama Deddy Huang
Nah pada webinar kali ini Koh Deddy, begitu sapaan akrab beliau, mengambil tajuk “Menceritakan Rasa Lewat Tulisan”. Saya merasa setiap mengikuti webinar yang diisi oleh Koh Deddy sebagai pemateri, saya selalu ingin menumpahkannya dalam bentuk artikel.
Ya, bukan apa-apa, saya hanya takut kehilangan momentum atas apa yang saya dapatkan saat menimba ilmu dari beliau. Disamping itu, kapan lagi saya bisa membanggakan diri sebagai wong Palembang, kalau bukan lewat Koh Deddy wkwk
For your information, Koh Deddy adalah salah satu food blogger Indonesia asal Palembang. Yah, biar begini juga saya orang Palembang lho. Meskipun, saya sedang melihat dunia lagi di seberang Singapore hehe.
Nah Koh Deddy ini, eh harusnya Kak Deddy ya biar pas Palembangnya wkwkwk. Ah sudah ya stop ngalor ngidulnya hehe. Koh Deddy ini sangat piawai dalam mendeskripsikan sebuah rasa lewat tulisan lho.
Saya memiliki satu foto yang saya captured dari materi beliau yang menceritakan cara bercerita tentang sebuah makanan khas Palembang. Ada yang tahu? Ya Pempek. Cara beliau meramu tulisan itu begitu asik dan sedap dinikmati, seperti menikmati pempek dengan cuko-nya (duh maaf kalau bikin lapar hehe). Khas tulisan food writing ala food blogger Indonesia.
Apa Kata Koh Deddy Sebagai Food Blogger Indonesia Tentang Food Writing?
Food writing adalah bentuk tulisan non fiksi yang berfokus pada tulisan seputar makanan. Contoh tulisan food writing adalah buku resep masakan, literature, akademisi, dan petunjuk, termasuk juga ulasan perjalanan kuliner.
Seiring perkembangan zaman food writing sering digunakan di media massa seperti resep, feature, review restoran hingga berita.
Banyak orang yang ramai menuliskan tentang makanan ini kedalam sebuah website pribadi seperti blog, sehingga banyak yang mendedikasikan diri sebagai food blogger. Termasuk juga Koh Deddy Wijaya ini. Btw, kok nama kita sama sih ada 'Wijaya' juga. Apakah kita satu clan wkwk, Oh mungkin ini hanya guyonan di waktu hujan Gaiss.
Menurut Koh Deddy, menjadi seorang food blogger sungguh sangat menyenangkan. Selain bisa mencicipi berbagai jenis makanan dari berbagai daerah, juga bisa bercerita serta membagikannya dalam bentuk tulisan. Dan mungkin saja bisa menginspirasi banyak orang.
Sekilas, menjadi food blogger di Indonesia sangat mudah ya, bisa berkesempatan mencicipi makanan dan menuliskannya ke dalam sebuah artikel. Sering khan kamu mendengar para food reviewer itu mengatakan hal seperti ini
“Enak! Sumpah ini enak banget!”
Atau begini
“Makanan ini enak banget, Kamu harus coba.”
Bahkan saya acapkali mendengar para reviewer makanan itu mengatakan hal umum ini di setiap testimoni yang mereka berikan. Sepertinya mudah sekali. Awalnya pun saya berpikir begitu sebelum saya mengikuti webinar Koh Deddy ini.
Namun rupanya tidak mudah menjadi seorang food blogger. Ada banyak hal penting yang harus diketahui. Mendeskripsikan sebuah makanan tidak hanya dengan satu kata saja. Terbayang nggak jika sebuah makanan hanya dideskripsikan dengan satu kata saja.
Apakah cukup mewakili dari rasa makanan tersebut? Tidak! Tidak!
Satu kata saja tidak akan cukup untuk menggugah selera orang lain untuk turut mencoba makanan tersebut. Dibutuhkan sebuah eksplorasi rasa yang lebih dalam untuk bisa menggambarkan seperti apa makanan tersebut.
Menurut Koh Deddy, sebagai salah satu food blogger Indonesia, penulis harus tahu bahwa sebuah food writing memiliki tujuan yang spesifik.
Tujuan Food Writing
Sebenarnya apa sih tujuan adanya food writing itu? Nah banyak kan yang bertanya seperti ini. Disini Koh Deddy menjelaskan bahwa tujuan dari food writing adalah menstimulasi sensasi dari makanan tersebut, sehingga orang lain tahu bagaimana rasa, aroma, tampilan hingga sensasi yang didapat ketika mencicipi sebuah hidangan.
Bagaimana sebuah tulisan food writing bisa menggugat pembaca untuk turut serta menikmati makanan yang disajikan? Untuk itulah seorang penulis atau food blogger harus sering melatih kepekaan inderanya. Tujuannya agar bisa menuliskan berbagai sensasi rasa pada makanan tersebut ke dalam tulisan yang dibuatnya.
Bagaimana agar tulisan food writing bisa menarik minat pembaca untuk penasaran dengan makanan tersebut? Ini dia inti dari webinar malam itu, simak ya :)
Tips Menulis Review Makanan ala Deddy Huang
Jika ingin kamu ingin menulis review makanan, tentu kamu bertanya "Saya harus memulainya dari mana?"
Menurut laki-laki berkaca mata ini, kita bisa mulai dengan menstimulasi 5 panca indera kita. Jika ingin menuliskan kata 'Enak' atau 'sedap' maka stimulasi ke-5 panca indera kita. Tujuannya agar bisa mendeskripsikan rasa enak itu rasa yang seperti apa.
Maka seorang food blogger Indonesia harus melatih 5 panca inderanya agar lebih peka terhadap sebuah rasa. Tidak cukup hanya mengatakan rasa enak saja.
Sebagai contoh, Koh Deddy menggambarkan bagaimana seorang food blogger Indonesia menjelaskan rasa air putih. Bagaimana mendeskripsikan rasa air putih itu seperti apa? misal ada rasa halus atau kasar atau berat atau ringan.
Taste after taste. Seperti rasa yang tertinggal (bukan lagu ya wkwk) setelah mencoba makanan. Inilah yang dinamakan melatih indera kita, salah satunya indera pengecap.
Lain lagi beliau menambahkan, bahwa seorang penulis makanan harus rajin melatih indera penciuman, dengan mencari tahu baunya seperti apa? Indera pendengaran suaranya seperti apa? Kriuk atau krispi. Melatih indera penglihatan dengan melihat tampilan makanan tersebut seperti apa? Indera pengecap dengan mengetahui rasanya bagaimana? Ada rasa apa saja? manis, asam, asin, dan sebagainya.
Berikut ini tips menulis review makanan ala Koh Deddy
1. Jangan Pilih-Pilih
Sebagai penulis makanan kita harus membekali diri dengan pengetahuan tentang makanan. Pengetahuan ini didapat dengan tidak takut mencoba hal baru. Walau belum ahli, penulis bisa fokus pada pengalaman sebagai orang awam dengan makanan.
2. Menangkap Pengalaman
Sebagai penulis makanan, kita hendaknya mencari cara multi indera untuk menggambarkan makanan dan pengalaman makan. Saat makan sering-seringlah melibatkan banyak indera, jadi jangan hanya berbicara tentang apa yang dialami oleh indera pengecap saja.
3. Jangan Lupakan Orang-Orang yang Terlibat
Pada tulisan awal tentang makanan, boleh juga menuliskan tentang orang, budaya, sejarah, dan tradisi mereka. Pertimbangkan siapa yang terlibat dalam pembuatan makanan, sejarahnya, bagaimana awalnya, dimana mereka sekarang? Apakah telah dimodifikasi, diadaptasi atau disesuaikan dengan budaya lain. Point ini bisa semakin memperkaya tulisan kita.
4. Perhatikan Penggunaan Istilah dalam Penulisan
Apa yang baru bagi kamu belum tentu aneh. Jadi sebaiknya berhati-hati dalam penggunaan Istilah atau kata-kata tertentu. ~Deddy Huang~
Menurut Koh Deddy, ada beberapa kata yang sebaiknya tidak digunakan dalam penulisan makanan. Hidangan tertentu mungkin tampak aneh bagi kita, tapi itu mungkin merupakan umum, atau justru sentral bagi budaya lain.
Demikian juga saat menggunakan kata 'murah' atau 'murah banget'. Hanya karena sesuatu tampaknya terjangkau bagi kita tidak berarti itu juga sama bagi orang lain. Jadi sebaiknya berhati-hati dalam menggunakan kata-kata ini. Karena ini berguna untuk melindungi diri dan kesesuaian fakta juga.
5. Konsultasikan Dengan Ahli
Jika kamu sedang menjelajahi wilayah baru dengan makanan yang baru pula, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan pakar atau penduduk setempat yang dapat memberikan umpan balik. Hal ini juga untuk memastikan hasil liputan lebih akurat serta menghormati budaya setempat.
Hmm ini sepertinya penting sekali untuk dilakukan ya, seperti mencari referensi terlebih dahulu. Jadi setidaknya tidak blank sama sekali tentang sesuatu. Dan tidak hanya untuk food blogger saja sih, tapi untuk semua hal.
6. Cobalah Berbagai Gaya Penulisan
Dunia penulisan makanan menawarkan kemungkinan yang tak terbatas, jadi jangan terlalu memaksakan diri untuk menulis ulasan. Cobalah untuk membaca banyak referensi, dan jangan takut untuk menulis dengan berbagai sudut pandang (perspectif).
7. Merangkul Berbagai Bentuk Media
Bentuk media komunikasi sebagai sarana kita untuk membangun platform. Misalnya berbagi pengalaman makanan yang bersifat visual, kemudian buatlah konten untuk Instagram atau media sosial lainnya. Bisa juga tentang diri sendiri, kemudian menulislah tentang makanan dengan jumlah kata yang terbatas.
Done! Ke-7 tips menulis makanan ala food blogger Indonesia di atas boleh banget dicoba dan dipraktekkan ya. Saya pun masih belum banyak mengulas tentang makanan. Semoga setelah jadi lebih banyak menulis makanan, jadi ilmu yang didapat bisa langsung dipraktekkan.
Pesan Koh Deddy di akhir webinar ini adalah bahwa setiap penulis perlu enjoy dalam menemukan gaya penulisan. Karena setiap penulis bertanggung jawab terhadap industri pembaca dan juga orang lain yang terlihat disana.
Maka itu jangan sampai asal dalam menulis makanan ya, Ikuti saja contoh yang ada dari food blogger Indonesia ini ya. Tinggal mengikuti dan modifikasi saja. Semoga tulisan ini bermanfaat ya.
Salam,
YunnieW
Posting Komentar
Posting Komentar