Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Keanekaragaman Indonesia terdiri atas pakaian adat, rumah adat, alat musik tradisional, senjata tradisional, hingga bahasa daerah.
Untuk bahasa daerah, dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Indonesia memiliki 718 bahasa daerah dan 326 bahasa daerah digunakan di Papua. (dataindonesia.id)
Jumlah daerah dengan bahasa daerah terbanyak (sumber:dataindonesia.id) |
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kepulauan Bangka Belitung tercatat menggunakan dua bahasa daerah. Sedangkan daerah dengan bahasa daerah paling sedikit adalah Yogyakarta dan Kepulauan Riau (Kepri).
Yogyakarta hanya menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. Sedangkan Kepulauan Riau hanya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa daerah.
Ya benar, saya yang tinggal di Batam, menggunakan bahasa pengantar sehari-hari dengan bahasa Indonesia. Sehingga anak-anak di rumah jarang sekali mendengar saya atau suami berbicara bahasa daerah.
Saya berasal dari kota Palembang, sedangkan suami berasal dari tanah Jawa, beliau telah lama tinggal di Batam. Jika masing-masing menggunakan bahasa bahasa daerah tentu tidaklah ketemu haha. Makanya percakapan sehari-hari kami di rumah menggunakan bahasa Indonesia.
Saya hanya sesekali menggunakan bahasa daerah jika sedang berbicara dengan saudara atau jika sedang bergumam sendiri. Adakah yang sama? Hehe.
Bagaimana cara saya tetap mempertahankan bahasa Ibu agar anak-anak tidak lupa pada jati dirinya dan menghargai keanekaragaman budaya Indonesia? Ikutin cerita saya ya.
Batam dan Perkembangan Bahasanya
Foto: Ivetta Inaray |
Jika menyebut kata Batam apa yang teman-teman ingat? Apakah karena Batam dekat dengan negara tetangga? Atau karena Batam surganya belanja barang branded? Nah seperti kita ketahui, Batam merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia. Letaknya berada diantara Selat Malaka dan Selat Singapura.
Badan Pemeriksa Keuangan RI Kepri menyebutkan bahwa terdapat 329 pulau berada di wilayah Batam. Penduduk aslinya merupakan orang Melayu atau dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut.
Awal tahun 1970an pulau Batam hanya dihuni sekitar 6000 jiwa saja. Namun pada tahun 2011 jumlah penduduk Batam menjadi lebih dari 1 juta jiwa.
Hal ini dikarenakan pertumbuhan industri di Kota Batam melaju pesat. Sehingga dulu banyak orang yang mengadu nasib di pulau ini, termasuk saya hehe.
Namun, tak jarang juga orang yang berkunjung ke Batam sekadar transit ke negeri seberang atau ingin berburu barang branded dengan harga miring. Karena Batam memang terletak di zona perdagangan bebas Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Batam dengan julukan Bandar Dunia Madani merupakan satu dari wilayah perdagangan bebas di Kepri. Artinya barang-barang dari luar negeri yang masuk ke Batam tidak dikenakan pajak. Makanya ini yang menjadikan Batam sebagai surganya belanja barang bermerek.
Jika dilihat dari kultur masyarakat yang majemuk, hingga tahun 2000 Batam terdiri atas berbagai macam suku di Indonesia. Bisa disebut Batam sebagai Indonesia kecil. Saya yang telah tinggal di Batam dari tahun 2005 bisa menemukan berbagai suku yang ada Indonesia. Jadi tetangga saya bisa berasal dari berbagai kota di Indonesia.
Etnis di Batam didominasi oleh suku Jawa, Melayu, Batak, Minangkabau, Tionghoa, Bugis, dan Banjar. (Sensus Penduduk tahun 2000)
Karena berasal dari berbagai macam suku di Indonesia, maka wajar bila bahasa pengantar sehari-hari kami menggunakan bahasa Indonesia. Dulu awal datang ke Batam, bisa menemukan orang dari satu daerah yang sama rasanya bahagia sekali.
Menurut saya, bisa berbicara dengan bahasa daerah bagi perantau dapat menjadi pengobat rindu kampung halaman.
Berteman dengan orang dari berbagai suku di Indonesia membuat saya akrab dengan bahasa daerah lain, seperti bahasa Jawa, bahasa Batak, bahasa Minangkabau, dan bahasa Tionghoa. Meski tidak sepenuhnya paham, Paling tidak saya paham sedikit-sedikit.
Nah masalah ya, karena keseharian yang aktif menggunakan bahasa Indonesia, membuat saya jarang sekali menggunakan bahasa daerah, terlebih kepada anak-anak. Namun bukan berarti saya tidak mengajarkan bahasa daerah kepada mereka. Saya juga tidak ingin bahasa daerah menjadi bahasa yang tidak dikenal anak-anak.
Peran Bahasa Ibu Pada Perkembangan Bahasa Anak
Moms, setuju nggak sih jika mengajarkan bahasa Ibu pada anak usia dini itu sebenarnya lebih mudah. Ada yang tahu nggak apa yang dimaksud dengan bahasa Ibu?
Menurut Kemendikbud, bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dipelajari seseorang sejak kecil secara alami dan menjadi dasar komunikasi dan pemahamannya terhadap lingkungan.
Nah kembali lagi pada pernyataan saya diatas bahwa mengajarkan bahasa Ibu pada anak usia dini cenderung mudah. Menurut Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0- 6 tahun.
Anak usia dini sangat dekat dengan Ibu. Hampir 24/7 anak-anak selalu nempel dengan Ibunya. Suara pertama kali yang didengar bayi mulai dari dalam kandungan adalah suara Ibunya. Jadi Ibu memiliki pengaruh besar pada perkembangan bahasa anak.
Oleh karena pada tanggal 21 Februari diperingati sebagai hari Bahasa Ibu Internasional maka sebaiknya kita bisa memanfaatkan momen ini untuk memperdalam kemampuan penyerapan bahasa Ibu pada anak usia TK.
Namun seperti kebanyakan keluarga yang hidup merantau, Ibu cenderung menggunakan bahasa pengantar untuk berkomunikasi dengan anak-anak. Misal seperti saya yang berasal dari Palembang, lebih mengajarkan bahasa pengantar di Batam ketimbang menggunakan bahasa Palembang pada anak-anak.
Jika demikian, bagaimana kita bisa melestarikan bahasa Ibu pada generasi anak-anak? Berikut ini saya mencoba berbagi pengalaman cara mengajarkan bahasa ibu pada anak-anak di rumah.
5 Cara Melestarikan Bahasa Ibu Pada Anak Usia Dini Bagi Perantau
Menggunakan bahasa ibu memiliki tujuan melestarikan keanekaragaman budaya Indonesia. Salah satunya melestarikan budaya bahasa daerah. Nah, bagaimana cara mengajarkan anak melestarikan bahasa ibu bagi perantau yang jarang menggunakan bahasa daerah di perantauan? Ini cara yang saya lakukan.
1. Membuat Jadwal Satu Hari Berbahasa Daerah
Membuat jadwal satu hari per pekan untuk menggunakan bahasa daerah dalam keseharian. Misal hari sabtu atau Ahad, Moms bisa menggunakan bahasa daerah. Meskipun pada akhirnya tidak sepanjang hari menggunakan bahasa daerah hehe.
2. Menggunakan Lagu Daerah
Mengajarkan bahasa Ibu pada anak usia dini ternyata sangat mudah lho. Salah satu caranya bisa dilakukan lewat lagu. Anak-anak sangat senang bernyanyi, lewat lagu mereka mudah mengingat sesuatu.
Ingat sekali waktu kecil, almarhum Bapak saya pernah mengenalkan lagu daerah kepada kami. Lagu yang dikenalkan adalah lagu daerah Jawa, dari liriknya kami pun sedikit banyak mengetahui bahasa Jawa meskipun tidak menggunakannya.
3. Mengenalkan Film Anak Berbahasa Daerah
Meskipun saat ini akses film anak-anak berbahasa daerah tidak mudah ditemui di TV nasional. Tetapi kita tetap bisa menggunakan media streaming untuk menontonnya.
Saya pernah menggunakan media Youtube untuk memberikan edukasi film berbahasa daerah pada anak-anak. Dengan cara ini anak-anak banyak mendapat kosakata bahasa daerah baru lho.
4. Menggunakan Visualisasi Gambar
Moms juga bisa menggunakan istilah-Istilah bahasa daerah agar mudah diingat anak-anak menggunakan media visual. Anak-anak lebih tertarik dengan gambar-gambar yang lucu dan warna terang. Gunakan media seperti flashcard untuk membantu mereka mengingat bahasa daerah yang sulit.
5. Mengajak Anak-anak ke Acara Komunitas Daerah atau Reuni Keluarga
Acara kumpul keluarga atau kumpulan komunitas di perantauan bisa menjadi ajang anak-anak mengenal bahasa Ibu. Anak-anak usia dini sedang mengalami perkembangan kemampuan bahasa yang luar biasa. Mereka mampu menangkap banyak informasi saat bertemu orang baru. Inilah kesempatan besar untuk mempertajam kemampuan bahasa Ibu pada anak-anak.
Kesimpulan
Moms, selain cara diatas masih banyak lagi cara yang bisa kita lakukan agar anak-anak mengenal keanekaragaman Indonesia melalui bahasa daerah. Meski dalam keseharian mereka jarang sekali menggunakannya. Setidaknya mereka tahu maknanya.
Mengajarkan anak bahasa Ibu sama artinya dengan melestarikan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Mari kita lestarikan budaya bangsa, jika bukan kita yang peduli, lantas siapa lagi?
Kalau Moms, ada cara lain mengenalkan bahasa Ibu terutama bahasa daerah pada anak-anak? Sharing dong ^^
Salam,
YunnieW
Referensi:
https://bpk.kepri.go.id/
https://kemendikbud.go.id/
https://www.dataindonesia.id/
Wuihh, Alhamdulillah dapat ilmu mengasuh anak yang baru. Memang bahasa daerah perlu kita tanamkan agar keanekaragaman Indonesia tidak hilang begitu saja.
BalasHapusTerima Kasih Kak