Gadis muda itu bersimpuh di kaki ibunya. Tangannya kokoh memegang jantung kaki wanita 60-an tahun itu, sementara matanya basah berderai air mata. Minta maaf. Pasalnya dirinya berani terlibat pinjol (pinjaman online) tanpa sepengetahuan sang bunda. Pada ibunya, wanita yang masih mahasiswi aktif itu mengaku memiliki hutang online.
Menurut si anak, dirinya berhutang karena tergiur sebuah handphone brand mewah. Awalnya, si anak berkata barang mewah itu hasil dari giveaway, sejenis undian berhadiah. Tak disangka, rupanya smartphone mahal itu dibelinya dari uang hasil hutang.
Ketika ditanya berapa nominal yang dipinjam, si anak menjawab, “Rp 15 juta, Bu.”
Ibunya lemas, ternyata jumlahnya bisa untuk membayar setahun sewa rumah mereka. Entah bagaimana mereka bisa membayar tagihan, sedangkan makan sehari-hari saja dari hasil menjual gorengan.
Saya mendadak ngeri dengan apa yang menimpa anak teman saya ini. Kenapa anak muda yang belum punya pekerjaan, tetapi berani membuka pintu hutang? Sadarkah dirinya bagaimana cara membayarnya?.
Akhir-akhir ini saya sering membaca istilah FOMO. FOMO kependekan dari Fear Out Missing Out, yaitu sebuah perasaan dalam diri seseorang berupa rasa takut akan ketinggalan tren, gaya, momen, hingga informasi tertentu.
Mulai sekarang juga kamu harus tahu berapa besaran pengeluaran rutin bulanan kamu. Jika kamu seorang pekerja dan mendapat gaji, mulailah menghitung seberapa besar pengeluaran rutin. Catat cashflow (arus kas) pribadi dengan rajin.
Catat semua kebutuhan untuk makan, transport, skinker, dan hiburan. Syukur-syukur kalau kamu bisa mengalokasikan juga untuk menabung atau investasi. Hebat banget ini.
Saya sendiri baru paham mengenai dana darurat di usia hampir 30 tahun. Hal ini bermula ketika atasan saya bertanya, apakah saya mengalokasikan dana darurat dari gaji. Saat itu saya garuk kepala yang tidak gatal sambil berujar dalam hati, "Jangankan mengalokasikan, paham saja tidak hahaha."
Saya juga mulai menyisihkan 5-10% penghasilan untuk dana darurat. Dana darurat fungsinya untuk keperluan-keperluan mendesak yang sifatnya emergency. Jadi ketika ada sesuatu yang urgen, misalnya ban bocor, teman sakit, tiba-tiba di PHK, dana darurat ini bisa digunakan.
Sob, mulai sekarang mari kita terapkan gaya hidup hemat atau minimalis. Gaya hidup minimalis yaitu mengacu pada kehidupan yang membeli barang karena fungsi bukan karena gengsi.
Kenapa harus BRImo? Kamu bisa simak alasannya berikut ini.
Salam,
Yunniew
Referensi:
Saya yang memiliki penghasilan tetap saja, masih berpikir 3-4 kali untuk berhutang. Apalagi hutang dalam jumlah yang besar. Karena perkara hutang di agama saya, urusannya panjang.
Saya juga tercengang dengan alasannya berhutang adalah demi sebuah gadget. Gadget yang notabene tidak banyak dimanfaatkan secara fungsi kecuali demi gengsi. Katanya, agar tetap 'diakui' di depan teman-temannya.
Saya juga tercengang dengan alasannya berhutang adalah demi sebuah gadget. Gadget yang notabene tidak banyak dimanfaatkan secara fungsi kecuali demi gengsi. Katanya, agar tetap 'diakui' di depan teman-temannya.
Mengutip dari Psychology Today dari Dr. Karen Hall, validasi adalah sebuah pengakuan dan penerimaan oleh orang lain terhadap individu. Seperti yang dilakukan si anak pada kisah di atas dengan memiliki barang-barang mewah, dirinya mendapat validasi dari teman-teman sebagai orang yang update terhadap tren. Padahal itu FOMO, friend!
Jangan FOMO Hingga Terlibat Pinjol yang Awalnya Manis, Namun Akhirnya Tragis
Akhir-akhir ini saya sering membaca istilah FOMO. FOMO kependekan dari Fear Out Missing Out, yaitu sebuah perasaan dalam diri seseorang berupa rasa takut akan ketinggalan tren, gaya, momen, hingga informasi tertentu.
Istilah FOMO banyak digunakan oleh generasi milenial (generasi kelahiran tahun 1981-1996) serta generasi Z disingkat gen-Z (generasi kelahiran tahun 1997-2012).
Generasi milenial serta Gen Z yang FOMO merasa harus selalu menjadi yang pertama atas adanya tren, informasi, gaya, atau lifestyle terkini. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama. Pokoknya jangan sampai tertinggal dari yang lain. Ada perasaan sedih, kalah, hingga minder jika tidak mengikuti tren terupdate, begitu katanya.
Seperti yang dialami anak teman saya di atas, hanya karena haus validasi dirinya memaksakan diri mengikuti tren, akhirnya spontan mengambil jalan pinjaman online.
Memang tidak bisa dipungkiri, prosedur pinjaman online itu sangat mudah. Saya banyak melihat iklannya bertebaran. Yang paling saya ingat tagline mereka adalah 'Butuh dana cepat? Satu menit langsung cair."
Generasi milenial serta Gen Z yang FOMO merasa harus selalu menjadi yang pertama atas adanya tren, informasi, gaya, atau lifestyle terkini. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama. Pokoknya jangan sampai tertinggal dari yang lain. Ada perasaan sedih, kalah, hingga minder jika tidak mengikuti tren terupdate, begitu katanya.
Seperti yang dialami anak teman saya di atas, hanya karena haus validasi dirinya memaksakan diri mengikuti tren, akhirnya spontan mengambil jalan pinjaman online.
Memang tidak bisa dipungkiri, prosedur pinjaman online itu sangat mudah. Saya banyak melihat iklannya bertebaran. Yang paling saya ingat tagline mereka adalah 'Butuh dana cepat? Satu menit langsung cair."
Bayangkan saja, kamu lagi dalam kondisi pikiran buntu, nggak punya duit, baca iklan begini. Kalau nggak punya pertahanan diri, ya pasti langsung tertarik. Duh! Jangan sampai ya Sob!
Saya juga tidak menampik bahwa tidak selamanya pinjaman online buruk, sepanjang dilakukan secara terukur. Menurut mantan nasabah pinjol, sebut saja A, mengatakan,
"Kalau debitur melakukan pembayaran dengan lancar, pinjol tidak masalah. Yang jadi masalah ketika kamu gagal bayar. Maka, siap-siap ditagih secara brutal."
Nah, kamu harus highligh ini, 'ditagih secara brutal'. Mau tahu cara mereka menagih hutang? Coba saja tanya sama nasabahnya, kalau aman-aman saja mana mungkin nasabah pinjol sampai nekat melakukan hal tercela dalam agama. Sanksi paling ringan saja sudah cukup membuat mental kamu down. Ngeri!
Kata teman saya lagi, orang dengan masalah kesehatan mental, jangan coba-coba mengajukan pinjol. Terlebih jika kamu tidak tahu bagaimana membayarnya. Ada harga yang harus dibayar untuk semua kemudahan itu. Yakinlah pinjol itu awalnya saja yang manis, tetapi akhirnya tragis, ini pesan teman saya.
Sob, secara pribadi saya tidak ingin menyalahkan orang-orang yang terlibat pinjol. Kan, nggak ada jalan lain (mungkin). Yang perlu diregulasi ulang adalah reklame pinjol yang bertaburan. Sudah mirip penjual cabai di perumahan.
Nah, kamu harus highligh ini, 'ditagih secara brutal'. Mau tahu cara mereka menagih hutang? Coba saja tanya sama nasabahnya, kalau aman-aman saja mana mungkin nasabah pinjol sampai nekat melakukan hal tercela dalam agama. Sanksi paling ringan saja sudah cukup membuat mental kamu down. Ngeri!
Kata teman saya lagi, orang dengan masalah kesehatan mental, jangan coba-coba mengajukan pinjol. Terlebih jika kamu tidak tahu bagaimana membayarnya. Ada harga yang harus dibayar untuk semua kemudahan itu. Yakinlah pinjol itu awalnya saja yang manis, tetapi akhirnya tragis, ini pesan teman saya.
Banyak Generasi Muda Terjerat Pinjol
Sob, secara pribadi saya tidak ingin menyalahkan orang-orang yang terlibat pinjol. Kan, nggak ada jalan lain (mungkin). Yang perlu diregulasi ulang adalah reklame pinjol yang bertaburan. Sudah mirip penjual cabai di perumahan.
Setiap buka hape pasti iklannya ada. Dengan kemudahan prosedur yang diberikan, wajar saja bila banyak orang tergoda, terutama anak muda.
Dari total ini, hingga Januari 2024 sebanyak 1,5 juta orang mengalami gagal bayar dengan status kredit macet (menunggak lebih dari 90 hari) ditambah nasabah dengan status pinjaman tidak lancar (menunggak 30-90 hari).
Kalau kamu mencari tahu lebih jauh alasan orang-orang terlibat pinjaman online tentu saja sangat klasik. Alasan paling umum untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Entah itu untuk makan, sewa kontrakan, atau membayar pinjaman lain (istilahnya gali lubang tutup lubang). Namun yang paling miris adalah untuk kemewahan (hedon).
Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan hingga akhir 2023 jumlah masyarakat Indonesia yang menjadi nasabah pinjol sebanyak 18,07 juta orang. Data ini juga menyebutkan total pinjaman hingga periode yang sama sebesar Rp 59,64 triliun.
Dari total ini, hingga Januari 2024 sebanyak 1,5 juta orang mengalami gagal bayar dengan status kredit macet (menunggak lebih dari 90 hari) ditambah nasabah dengan status pinjaman tidak lancar (menunggak 30-90 hari).
Kabar buruknya, usia nasabah pinjol dari data Statistik Fintech Lending OJK yang mengalami gagal bayar berada di umur 19-34 tahun pada Januari 2024. Jumlah nasabah yang berusia 19 tahun sebanyak 22.000 orang. Total hutang yang diemban oleh generasi Z ini sebesar Rp 3,16 triliun.
Kalau kamu mencari tahu lebih jauh alasan orang-orang terlibat pinjaman online tentu saja sangat klasik. Alasan paling umum untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Entah itu untuk makan, sewa kontrakan, atau membayar pinjaman lain (istilahnya gali lubang tutup lubang). Namun yang paling miris adalah untuk kemewahan (hedon).
Fakta ini bisa dibilang bahwa generasi muda Indonesia sangat mudah tergoda hal-hal yang memberi kenyamanan sesaat, mereka tidak memiliki pengetahuan tentang pengaturan keuangan. Saya setuju jika generasi muda Indonesia diberikan pendidikan literasi keuangan.
Sob, kamu pasti sering mendengar istilah impulsive buying kan? Impulsive buying merujuk pada makna perilaku seseorang yang melakukan pembelian secara tiba-tiba dan tak terencana tanpa memikirkan manfaat dari benda yang dibeli.
Biasanya seseorang cenderung melakukan impulsive buying ketika sedang memegang uang banyak, baru gajian, sedang sedih, atau sedang happy. Kecenderungan melakukan sesuatu secara impulsive biasanya dilatarbelakangi oleh faktor emosi. Generasi muda yang melakukan impulsive buying karena mereka tidak tahu bagaimana cara mengelola emosi.
Perilaku hedon adalah pola hidup yang berlebihan, mereka mendambakan kemewahan di luar batas kemampuan. Seperti kisah di awal tadi, anak muda yang memaksakan menggunakan barang-barang branded hanya untuk status sosial, prestige, gengsi, hingga pamer di insta story! Ckck.
Penyebab Generasi Muda Mudah Terjerat Pinjol
1. Impulsive buying
Sob, kamu pasti sering mendengar istilah impulsive buying kan? Impulsive buying merujuk pada makna perilaku seseorang yang melakukan pembelian secara tiba-tiba dan tak terencana tanpa memikirkan manfaat dari benda yang dibeli.
Biasanya seseorang cenderung melakukan impulsive buying ketika sedang memegang uang banyak, baru gajian, sedang sedih, atau sedang happy. Kecenderungan melakukan sesuatu secara impulsive biasanya dilatarbelakangi oleh faktor emosi. Generasi muda yang melakukan impulsive buying karena mereka tidak tahu bagaimana cara mengelola emosi.
2. Perilaku hedon
Perilaku hedon adalah pola hidup yang berlebihan, mereka mendambakan kemewahan di luar batas kemampuan. Seperti kisah di awal tadi, anak muda yang memaksakan menggunakan barang-barang branded hanya untuk status sosial, prestige, gengsi, hingga pamer di insta story! Ckck.
Jika membeli barang branded sesuai kemampuan tentu tidak masalah. Namun jika membeli barang branded dengan cara dana pinjaman, itu yang membuat hidup tidak nyaman.
Sebaiknya pikirkan ulang jika hendak membeli barang dengan harga di luar nalar. Jika memiliki fungsi yang sama dan tidak ada urgensinya, lebih baik menggunakan barang lama.
Sebaiknya pikirkan ulang jika hendak membeli barang dengan harga di luar nalar. Jika memiliki fungsi yang sama dan tidak ada urgensinya, lebih baik menggunakan barang lama.
Agar tidak tergoda barang mahal, kalau saya menerapkan prinsip membeli karena fungsi bukan karena gengsi. Saya juga tidak membutuhkan validasi atas apa yang miliki. Karena hidup itu untuk dinikmati, bukan untuk insta story. Sepakat kan?
Sob, saya pernah berada dalam pergaulan lingkungan toxic (racun). Lingkungan toxic, cenderung mengarahkan kita untuk berlomba-lomba lebih ‘wah’ secara gaya. Lingkungan ini memacu kita untuk menggunakan barang mewah.
3. Lingkungan yang toxic
Sob, saya pernah berada dalam pergaulan lingkungan toxic (racun). Lingkungan toxic, cenderung mengarahkan kita untuk berlomba-lomba lebih ‘wah’ secara gaya. Lingkungan ini memacu kita untuk menggunakan barang mewah.
Awalnya saya pikir tidak masalah, namun belakangan saya merasa tertekan. Sesama anggota kelompok seperti berlomba-lomba di luar kemampuan agar dianggap paling mapan.
Tak peduli kamu punya uang atau tidak, yang penting jika ingin tetap berada dalam circle mereka, kamu harus mengikuti aturan yang ada. Disitulah saya kemudian mengambil keputusan untuk keluar dari lingkaran setan ini.
Masih banyak lagi alasan lain penyebab generasi muda terlibat hutang online. Kamu jangan ikutan ya. Yuk, saatnya kita pandai dalam mengatur keuangan.
Masih banyak lagi alasan lain penyebab generasi muda terlibat hutang online. Kamu jangan ikutan ya. Yuk, saatnya kita pandai dalam mengatur keuangan.
Tips Mengatur Keuangan Agar Akhir Bulan (Selalu) Aman
Sebagai generasi milenial
saya miris mengetahui bahwa banyak generasi muda (milenial dan genZ) yang
terjerat pinjol dan pay later (bayar nanti) hal ini menurut survei dari Katadata Insight
Center dan Zigi mengatakan terdapat 13,8% jumlah
pengguna paylater berasal dari kaum milenial dan Gen-Z.
Kamu jangan sampai
termasuk di dalamnya ya, Sob..
Untuk itu, saya akan memberikan tips bagaimana agar kita memiliki pertahan diri dan tidak terjerat pinjol atau sejenisnya.
Prinsip ini akan menyelamatkan diri dari bermudah-mudahan dalam berhutang. Benar bahwa kemajuan teknologi membuat kita melupakan prinsip ini. Namun, ingatlah bahwa hutang itu beban. Kurang uang hari ini, artinya kedepannya kamu juga makin kekurangan uang. Pandai-pandailah mengatur uang ya dek ya :)
Untuk itu, saya akan memberikan tips bagaimana agar kita memiliki pertahan diri dan tidak terjerat pinjol atau sejenisnya.
1. Memiliki prinsip jangan mudah berhutang
Prinsip ini akan menyelamatkan diri dari bermudah-mudahan dalam berhutang. Benar bahwa kemajuan teknologi membuat kita melupakan prinsip ini. Namun, ingatlah bahwa hutang itu beban. Kurang uang hari ini, artinya kedepannya kamu juga makin kekurangan uang. Pandai-pandailah mengatur uang ya dek ya :)
2. Tahu jumlah pengeluaran rutin bulanan
Mulai sekarang juga kamu harus tahu berapa besaran pengeluaran rutin bulanan kamu. Jika kamu seorang pekerja dan mendapat gaji, mulailah menghitung seberapa besar pengeluaran rutin. Catat cashflow (arus kas) pribadi dengan rajin.
Catat semua kebutuhan untuk makan, transport, skinker, dan hiburan. Syukur-syukur kalau kamu bisa mengalokasikan juga untuk menabung atau investasi. Hebat banget ini.
3. Memiliki dana darurat dan tahu fungsinya
Saya sendiri baru paham mengenai dana darurat di usia hampir 30 tahun. Hal ini bermula ketika atasan saya bertanya, apakah saya mengalokasikan dana darurat dari gaji. Saat itu saya garuk kepala yang tidak gatal sambil berujar dalam hati, "Jangankan mengalokasikan, paham saja tidak hahaha."
Hasil studi dari ICBC Financial Index dan Nielson IQ, 2021, menyebutkan hanya sekitar 16% saja penduduk Indonesia yang memiliki dana darurat.
Wajar sih, karena prinsip literasi keuangan tidak diajarkan di sekolah. Meski demikian, kita tidak bisa hanya merutuki keadaan. Jika kita ingin memiliki kondisi finansial yang baik, kita bisa belajar serta cari tahu. Mulailah dengan membuat perencanaan keuangan yang benar.
Saya juga mulai menyisihkan 5-10% penghasilan untuk dana darurat. Dana darurat fungsinya untuk keperluan-keperluan mendesak yang sifatnya emergency. Jadi ketika ada sesuatu yang urgen, misalnya ban bocor, teman sakit, tiba-tiba di PHK, dana darurat ini bisa digunakan.
Besaran dana darurat minimal 6 kali dari pengeluaran bulanan rutin untuk single. 9x pengeluaran rutin untuk yang sudah menikah, serta 12x pengeluaran rutin bagi yang sudah menikah dan punya anak.
4. Ubah lifestyle
Sob, mulai sekarang mari kita terapkan gaya hidup hemat atau minimalis. Gaya hidup minimalis yaitu mengacu pada kehidupan yang membeli barang karena fungsi bukan karena gengsi.
Dengan demikian kamu akan terhindar dari keinginan membeli barang secara masif, apalagi berhutang untuk kebutuhan konsumtif. Kamu juga bisa mulai meninggalkan circle toxic, dan menggantinya dengan circle yang produktif.
Sob, agar tidak terjerumus ke dalam hutang, kamu harus bisa mulai mengatur keuangan agar rapi dan terkendali. Banyak sekali aplikasi keuangan yang bisa kamu gunakan secara gratis.
Atur Keuangan Pribadi Lebih Rapi dan Terkendali dengan BRImo dari BRI
Sob, agar tidak terjerumus ke dalam hutang, kamu harus bisa mulai mengatur keuangan agar rapi dan terkendali. Banyak sekali aplikasi keuangan yang bisa kamu gunakan secara gratis.
Jika kamu senang menggunakan aplikasi, kamu bisa menggunakan aplikasi BRImo dari Bank BRI untuk semua transaksi keuangan digital.
Kenapa harus BRImo? Kamu bisa simak alasannya berikut ini.
1. Layanan Bank BRI menjangkau seluruh lapisan masyarakat
Sob, kamu tahu nggak kalau hingga April 2023 volume transaksi di BRImo mencapai Rp 1.201 Triliun? Artinya mayoritas transaksi keuangan yang ada di masyarakat menggunakan BRImo.
Jika melihat kehidupan nyata, BRI sangat dekat dengan masyarakat apalagi sejak adanya AgenBRIlink. Berdasarkan data dari bri.co.id. jumlah AgenBRILink hingga 25 Juli 2024 mencapai 1 juta agen yang tersebar di 62 ribu desa di seluruh Indonesia. Total transaksinya mencapai Rp 800 triliun. Bukan main!
Apalagi kini BRI telah menginjak usia ke-129, dengan mengangkat tema 'BRILian dan Cemerlang' saya yakin ini menjadi semangat baru yang lebih baik, bukan hanya bagi BRI tetapi juga bagi semua insan BRILiaN, Bank BRI, dan negara Indonesia. Kemudahan transaksi dan digitalisasi yang telah dilakukan BRI memberikan dampak transaksi keuangan yang dulunya dianggap sulit, kini menjadi lebih mudah dan praktis.
Kamu mungkin menyadari bahwa orang tua kita yang gaptek, bahkan dengan mudah berkirim uang ke sanak saudara melalui AgenBRILink ini. Bahkan ibu saya yang berusia lebih dari 70-an tahun saja sudah biasa, bolak-balik melakukan transaksi keuangan dengan AgenBRILink.
Artinya aplikasi digital yang dimiliki BRI sudah terbukti sering digunakan dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Kamu juga bisa menjadi bagian dari jutaan orang yang menggunakan kemudahan transaksi yang disediakan oleh Bank BRI.
Kalau para orang tua lebih menyukai BRILink, generasi muda bisa menggunakan aplikasi mobile dari Bank BRI yaitu BRImo. Fitur yang ada di BRImo bukan hanya basic banking transaction saja, tetapi juga dilengkapi fitur personal financial management, asuransi mikro hingga transaksi valas. Pas banget kan dengan lifestyle anak muda yang tertarik dengan investasi?
Kalau kamu pengguna aplikasi BRImo, pasti bahagia dengan adanya menu rincian pengeluaran bulanan. Jadi disini kamu bisa melihat seberapa banyak pengeluaran, pemasukan, hingga selisih saldo keuangan dalam periode satu bulan.
Bagi saya pribadi yang kadang pelupa untuk pencatatan keuangan, menu ini sangat membantu untuk pencatatan keuangan pribadi. Kalau kamu ingin merasakan manfaat dari fitur ini, tinggal donlot saja aplikasi BRImo di App store atau Play store ya!
Sob, sekarang jamannya serba instan, semua transaksi bisa dilakukan lewat jari. Termasuk pembuatan rekening BRI. Kamu cukup donlot aplikasi BRImo dan buat rekening.
Yang perlu kamu persiapkan sebelum membuka rekening BRI secara online melalui BRImo hanya KTP asli. Kemudian, ikuti langkah-langkahnya saja. Pengalaman saya membuat rekening Bank BRI dengan BRImo sangat mudah. Tidak lebih dari 10 menit rekening sudah jadi dan bisa langsung digunakan.
Artinya aplikasi digital yang dimiliki BRI sudah terbukti sering digunakan dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Kamu juga bisa menjadi bagian dari jutaan orang yang menggunakan kemudahan transaksi yang disediakan oleh Bank BRI.
2. Satu aplikasi untuk semua transaksi
Sob, mengingat hampir semua transaksi keuangan yang kita lakukan menggunakan cashless, penting sekali punya aplikasi keuangan yang bisa sat set dalam payment. Banyak transaksi pribadi sangat terbantu dengan adanya BRImo, misalnya saja seperti berikut ini.
Efisiensi Transaksi Pribadi
Contoh kecilnya saja, ketika dulu kita kehabisan pulsa atau kuota, kita akan buru-buru memacu motor menuju konter pulsa. Kalau di siang hari pasti tak masalah. Namun, bagaimana jika terjadi di malam hari? Pasti kamu berpikir seribu kali untuk keluar. Apalagi kalau habis nonton serial horor, pasti keder deh ke konter. Kini dengan hadirnya aplikasi keuangan seperti BRImo, tinggal klik- klik saja, pulsa langsung datang.
Jadi Warga Bijak, Tepat Waktu Bayar Pajak
Lain lagi bagi ibu-ibu seperti saya yang saban tahun harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sebelumnya saya harus ke bank daerah untuk melakukan pembayaran pajak PBB. Atau kemudahan tertinggi adalah bisa titip sama saudara yang bekerja di bank pemda.
Saudara saya sampai bisa menebak kalau mendapat telepon dari saya di bulan Agustus, pasti minta tolong bayar pajak. Seperti ada trade mark di jidat saya, tukang titip bayar pajak haha..
Sebagai saudara yang berperasaan, saya cukup tahu diri. Lama kelamaan saya pun tak enak hati. Untungnya ketika memiliki rekening BRI dan pakai aplikasi BRImo, saya jadi lebih mudah melakukan pembayaran PBB. Nggak ngaret-ngaret lagi, atau merepotkan orang lagi.
Oh ya, selain bayar pajak, dengan pakai BRImo kamu juga bisa melakukan pembayaran lainnya ya, seperti tagihan BPJS, Pajak Daerah, Kartu Kredit, Asuransi, pembayaran untuk SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru), tagihan listrik, PDAM, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Fitur Scan QR yang Memudahkan
Apalagi di BRImo ada fitur Scan QR tanpa harus login aplikasi. Seingat saya, saya tak pernah gagal melakukan pembayaran pakai BRImo, kecuali sekali gagal saat saldonya nol haha.. Sekarang lewat satu aplikasi BRImo semua transaksi jadi aman terkendali, bonusnya dapat pencatatan keuangan yang rapi. Enak kan?
BRImo benar-benar satu aplikasi untuk semua transaksi. Nggak salah kalau dibilang #BRImoMudahSerbaBisa. Kamu harus cobain pakai BRImo! Selengkapnya simak video berikut ini ya :)
3. Bank BRI dengan aplikasi BRImo telah memiliki fitur keuangan yang lengkap
Kalau para orang tua lebih menyukai BRILink, generasi muda bisa menggunakan aplikasi mobile dari Bank BRI yaitu BRImo. Fitur yang ada di BRImo bukan hanya basic banking transaction saja, tetapi juga dilengkapi fitur personal financial management, asuransi mikro hingga transaksi valas. Pas banget kan dengan lifestyle anak muda yang tertarik dengan investasi?
Kalau kamu pengguna aplikasi BRImo, pasti bahagia dengan adanya menu rincian pengeluaran bulanan. Jadi disini kamu bisa melihat seberapa banyak pengeluaran, pemasukan, hingga selisih saldo keuangan dalam periode satu bulan.
Bagi saya pribadi yang kadang pelupa untuk pencatatan keuangan, menu ini sangat membantu untuk pencatatan keuangan pribadi. Kalau kamu ingin merasakan manfaat dari fitur ini, tinggal donlot saja aplikasi BRImo di App store atau Play store ya!
4. Proses pembuatan rekening online hanya dalam hitungan menit
Sob, sekarang jamannya serba instan, semua transaksi bisa dilakukan lewat jari. Termasuk pembuatan rekening BRI. Kamu cukup donlot aplikasi BRImo dan buat rekening.
Yang perlu kamu persiapkan sebelum membuka rekening BRI secara online melalui BRImo hanya KTP asli. Kemudian, ikuti langkah-langkahnya saja. Pengalaman saya membuat rekening Bank BRI dengan BRImo sangat mudah. Tidak lebih dari 10 menit rekening sudah jadi dan bisa langsung digunakan.
Pakai BRImo, Tak Ada Lagi FOMO
SobatMQ, saat ini adalah era digitalisasi, semua transaksi rata-rata menggunakan uang digital. Transaksi keuangan bisa dilakukan dengan transfer ataupun pay later. Fenomena ini bisa jadi pisau bermata dua. Satu sisi sangat memudahkan, di sisi lain bisa menjerumuskan. Makanya generasi muda seperti kita sebaiknya punya literasi keuangan.
Generasi milenial maupun gen Z yang saat ini dalam usia produktif, sebaiknya kita harus melek finansial. Kamu bisa memanfaatkan aplikasi untuk memperbaiki diri, memiliki pencatatan keuangan agar lebih rapi dan terkendali. Jangan mudah terbawa arus, apalagi FOMO.
Yuk, kita buktikan bahwa generasi muda Indonesia bukan generasi yang mengedepankan gengsi atau haus validasi. Tetapi generasi muda Indonesia adalah generasi prestasi. Generasi yang memiliki literasi keuangan rapi dan terkendali. Dengan kemudahan transaksi dan digitalisasi BRI melalui BRImo, kita bukan lagi generasi FOMO! Tapi generasi pengguna BRImo! Sepakat?
Generasi milenial maupun gen Z yang saat ini dalam usia produktif, sebaiknya kita harus melek finansial. Kamu bisa memanfaatkan aplikasi untuk memperbaiki diri, memiliki pencatatan keuangan agar lebih rapi dan terkendali. Jangan mudah terbawa arus, apalagi FOMO.
Yuk, kita buktikan bahwa generasi muda Indonesia bukan generasi yang mengedepankan gengsi atau haus validasi. Tetapi generasi muda Indonesia adalah generasi prestasi. Generasi yang memiliki literasi keuangan rapi dan terkendali. Dengan kemudahan transaksi dan digitalisasi BRI melalui BRImo, kita bukan lagi generasi FOMO! Tapi generasi pengguna BRImo! Sepakat?
Salam,
Yunniew
Referensi:
https://bri.co.id/
YouTube Bank BRI https://youtu.be/d1VNOgR5dm8
Fear Of Missing Out (FOMO), Ketakutan Kehilangan Momen
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13931/Fear-Of-Missing-Out-FOMO-Ketakutan-Kehilangan-Momen.html
Fear Of Missing Out (FOMO), Ketakutan Kehilangan Momen
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13931/Fear-Of-Missing-Out-FOMO-Ketakutan-Kehilangan-Momen.html
GENERASI MUDA SEHAT FINANSIAL? BISA!
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/40776
OJK Perbolehkan Pinjaman Pinjol Maksimum Rp10 Miliar, Prioritaskan Perlindungan Masyarakat
https://emedia.dpr.go.id/2024/07/15/ojk-perbolehkan-pinjaman-pinjol-maksimum-rp10-miliar-prioritaskan-perlindungan-masyarakat/
OJK Perbolehkan Pinjaman Pinjol Maksimum Rp10 Miliar, Prioritaskan Perlindungan Masyarakat
https://emedia.dpr.go.id/2024/07/15/ojk-perbolehkan-pinjaman-pinjol-maksimum-rp10-miliar-prioritaskan-perlindungan-masyarakat/
Lengkal seksli fasilitas di BRImo, bisa membayar pajak dan tagihan2 dengan praktis secara online. Untuk lansia oun juga dimudahkan dengan adamya BriLink. Sukses dan makin maju untuk BRI. Makin memuaskan juga dalam pelayanannya di masyarakat.
BalasHapusFenomena FOMO kayaknya sudah mendarah daging ya, yang lebih parahnya ini anak gen Z usia kuliah yang belum tentu memiliki penghasilan beli barang FOMO dengan utang ke pinjol lagi. Jadi banyak insight yg saya dapat nih dari artikel mba tentang pengelolaan uang yang baik :)
BalasHapusYap, kemudahan mengakses berbagai aplikasi digital termasuk aplikasi perbankan yang kini telah memberikan kemudahan bagi pengguna mengajukan pinjaman online harus dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan, setidaknya dimulai dari memahami pentingnya balance antara pendapatan dan pengeluaran.
BalasHapusPerkara hidup berantakan gara-gara pinjol ini memang bukan sekadar mitos. Di lingkungan saya pun sudah banyak yang terkena jebakannya. Yang pasti, jangan sekali-kali nyoba, deh, bisa panjang urusannya.
BalasHapusAku juga pernah denger dari temannya suami saat kerja, dia lebih mentingin liburan pakai paylater daripada menunggu dulu. Nyesek kadang jaman sekarang dikit-dikit pinjo. dikit-dikit paylater, kan jadi bikin ketergantungan. Baca artikel ini berasa berkaca untuk diri sendiri.
BalasHapusSolusi tjakep pake BriMo ya kak.Tulisannya berbobot banget masyaallah..bagus untuk menyadarkan adik² saya yg tergiur pinjol utk kenikmatan sesaat.
BalasHapusPinjol oh pinjol, selalu kesel tiap tahu ada anak muda yang terlilit pinjol. Fomo, gaya hidup, duh dek musti pintar-pintar cari pertemanan yang baik dan mendukung ke arah kebaikan. ARtikel ini bikin melek mata, melek hati, thanks mbak :)
BalasHapusBener banget kak, pinjol itu awalnya aja manis, bunganya bikin meringis, endingnya tragis! Keluargaku ada yang terjerat pinjol hingga ratusan juta rupiah. Semua keluarga besar jadi stress dibuatnya.... Mending rajin menabung di BRI yang banya memberi keuntungan pada nasabah.
BalasHapusMiris dengan mudahnya memperoleh pinjaman, akhirnya beberapa menjadi menggampangkan segala urusan terkait uang tanpa memikirkannya masak-masak. Bagaimana nanti membayarnya, kapan bisa membayarnya, belum tentu mereka pikirkan bukan. Gemes saya jadinya.
BalasHapusTak bisa dipungkiri, sebagai Gen Z, Saya mengakui bahwa generasi ini terlalu mudah menyerap informasi mentah mentah. Konsumsi informasi nya sangat bergantung pada media sosial, jadi wajar jika kemampuan literasi digital seperti menggunakan Google pun berkurang. Itu belum dengan keinginan Gen Z dalam baca buku yang rendah. Generasi ini sering disasar jadi target audiens
BalasHapusSebagai genz, saya setuju banget dengan poin lingkungan toxic dapat mempengaruhi gaya hidup. Banyak sekali teman-teman saya yang terpengaruh dengan lingkungan mereka. Entah punya pinjol atau enggak, dilihat-lihat gaya hidupnya ya lumayan hedon, semoga saja memang pakai uang yang sudah ditabung atau uang yang memang khusus untuk lifestyle tersebut. Kalo berada di lingkungan seperti itu, pertahanan diri menjadi kunci agar tidak terbawa arus. Dan ini lumayan susah! Semoga kita semua dijauhkan dari berhutang, ya. :(
BalasHapusMeski tidak bergelimang harta, saya merasakan ketenangan hidup tanpa utang dan cicilan, Mbak. Ini prinsip yang suami pegang karena dia orang yang gampang stres. Tanpa utang pun, akan selalu ada tagihan setiap bulanannya, he-he.
BalasHapusAku pernah kesal dengan temanku yang pinjol karena sampai di WA semua kontak dia, apalagi aku hitungannya teman dekat jd mungkin terlihat sering beraktivitas denganku. Kukira model nagih seperti itu sudah tidak ada lagi, ternyata masih ada. Apalagi setelah tahun alasan meminjamnya tidak jauh dr FOMO, gemas banget asli, hidup kalau ga FOMO juga tak apa msh bisa terlihat keren
BalasHapusAh serem banget lah kalau udah bahas pinjol, gak cuma di generasi muda, tapi juga yg tua2. sekarang terlalu mudah dapet pinjeman, nggak mikir kalau utang itu tetep kudu dibayar.
BalasHapus